Tafsir
Tahlili Surat Ali Imron 121-129
وَإِذْ
غَدَوْتَ مِنْ أَهْلِكَ تُبَوِّئُ الْمُؤْمِنِينَ مَقَاعِدَ لِلْقِتَالِ وَاللَّهُ
سَمِيعٌ عَلِيمٌ
(
121 ) Dan (ingatlah), ketika kamu berangkat pada pagi hari dari
(rumah) keluargamu akan menempatkan para mukmin pada beberapa tempat untuk
berperang. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,
Peperangan yang disebutkan di dalam ayat ini menurut pendapat
jumhur ulama adalah Perang Uhud. Demikianlah menurut Ibnu Abbas, Al-Hasan,
Qatadah, As-Saddi, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Perang Uhud
terjadi pada hari Sabtu, bulan Syawwal, tahun ketiga Hijriah. Menurut Qatadah,
terjadi pada tanggal sebelas bulan Syawwal. Sedangkan menurut Ikrirnah, Perang
Uhud terjadi pada hari Sabtu pertengahan bulan Syawwal.
Penyebab utama meletusnya Perang Uhud ialah setelah banyaknya
orang-orang terhormat kaum musyrik yang terbunuh dalam Perang Badar, sedangkan kafilah
perniagaan mereka yang dipimpin oleh Abu Sufyan selamat dengan membawa
keuntungan yang banyak. Maka anak-anak orang-orang yang gugur dalam Perang
Badar dan pemimpin-pemimpin lainnya yang masih hidup berkata kepada Abu Sufyan,
"Aku menunggu-nunggu hasil perniagaan ini untuk memerangi Muhammad, maka
belanjakanlah oleh kalian untuk tujuan tersebut!"
Kemudian mereka menghimpun semua golongan dan orang-orang Habsyah,
lalu mereka berangkat dengan pasukan yang terdiri atas tiga ribu personel,
hingga mereka turun istirahat di suatu tempat dekat Bukit Uhud yang menghadap
ke arah kota Madinah.
Rasulullah Saw. salat pada hari Jumat. Setelah selesai dari salat
Jumatnya, maka beliau menyalati seorang lelaki dari kalangan Bani Najjar yang
dikenal dengan nama Malik ibnu Amr (yakni menyalati jenazahnya). Lalu
Rasulullah Saw. melakukan musyawarah dengan orang-orang untuk mengambil
keputusan, apakah beliau berangkat menghadapi mereka ataukah tetap tinggal di
Madinah menunggu penyerangan mereka.
Lalu Abdullah ibnu Ubay mengemukakan pendapatnya, bahwa sebaiknya
tetap tinggal di Madinah. Jika mereka (pasukan kaum musyrik) menunggu
kedatangan pasukan kaum muslim, berarti mereka menunggu yang tak kunjung tiba.
Jika mereka memasuki Madinah, mereka akan dihadapi oleh kaum laki-lakinya dan
akan dilempari oleh kaum wanita dan anak-anak dengan batu-batuan dari atas
mereka. Jika mereka kembali, niscaya mereka kembali dalam keadaan kecewa.
Orang-orang lain dari kalangan sahabat yang tidak ikut dalam Perang
Badar mengisyaratkan untuk berangkat menghadapi mereka.
Lalu Rasulullah Saw. masuk dan memakai baju besinya, kemudian
keluar menemui mereka; sedangkan sebagian dari kalangan mereka merasa menyesal,
dan mengatakan, "Barangkali kami memaksa Rasulullah Saw." Lalu mereka
berkata, "Wahai Rasulullah, jika engkau suka untuk tetap tinggal, kami
setuju." Maka Rasulullah Saw. menjawab:
‘’Tidak layak bagi seorang nabi, bila telah
memakai baju besinya mundur kembali, sebelum Allah memberikan keputusan
baginya’’.
Lalu Rasulullah Saw. berangkat bersama seribu orang sahabatnya.
Ketika mereka berada di Asy-Syaut, maka kembalilah Abdullah ibnu Ubay dengan
sepertiga pasukan dalam keadaan marah karena pendapatnya tidak dipakai. Lalu
dia dan teman-temannya berkata, "Sekiranya kami mengetahui pada hari ini
akan terjadi peperangan, pastilah kami akan mengikuti kalian. Tetapi kami tidak
menduga bahwa kalian akan berperang (sehingga kami tidak membuat
persiapan)."
Rasulullah Saw. melanjutkan perjalanannya hingga turun istirahat di
lereng Bukit Uhud, yaitu pada lembahnya. Dan beliau menjadikan posisi
punggungnya (juga pasukannya) membelakangi Bukit Uhud. Lalu beliau bersabda:
“Jangan sekali-kali seseorang memulai
berperang sebelum kami memerintahkannya untuk perang”.
Rasulullah Saw. mengatur barisannya untuk menghadapi peperangan,
jumlah pasukan beliau terdiri atas tujuh ratus orang sahabatnya. Beliau Saw.
mengangkat Abdullah ibnu Jubair (saudara lelaki Bani Amr ibnu Auf) untuk
memimpin pasukan pemanah. Saat itu pasukan pemanah terdiri atas lima puluh
personel, lalu beliau Saw. bersabda kepada mereka:
“Bendunglah pasukan berkuda (musuh) dari kami
(dengan anak panah kalian), dan jangan sekali-kali kalian biarkan kami diserang
dari belakang. Dan tetaplah kalian pada posisi kalian, baik kami mengalami
kemenangan alau kami terpukul mundur; dan sekalipun kalian melihat kami
disambar oleh burung-burung, maka janganlah kalian meninggalkan posisi kalian.”
Rasulullah Saw. muncul dengan memakai dua lapis baju besi, dan
memberikan panji kepada Mus'ab ibnu Umair (saudara lelaki Bani Abdud Dar). Pada
hari itu Rasulullah Saw. memperbolehkan ikut berperang sebagian anak remaja dan
menangguhkan sebagian yang lainnya, hingga beliau memperbolehkan mereka ikut
semua dalam Perang Khandaq sesudah kejadian tersebut, yakni kurang lebih dua
tahun kemudian.
Pasukan Quraisy yang terdiri atas tiga ribu personel yang antara
lain terdiri atas seratus orang pasukan berkuda yang posisinya agak dijauhkan
dari medan perang. Mereka menjadikan pasukan sayap kanan berkuda di bawah
pimpinan Khalid ibnul Walid, sedangkan pada sayap kirinya di bawah pimpinan
Ikrimah ibnu Abu Jahal, lalu mereka menyerahkan panjinya kepada Bani Abdud Dar.
Kemudian mengenai hal yang terjadi di antara kedua belah pihak, In syaa
Allah akan diterangkan pada ayat selanjutnya.
Allah Swt.
berfirman:
وَإِذْ
غَدَوْتَ مِنْ أَهْلِكَ تُبَوِّئُ الْمُؤْمِنِينَ مَقَاعِدَ لِلْقِتَالِ
“Dan (ingatlah)
ketika kamu berangkat pada pagi hari dari (rumah) keluargamu akan menempatkan
para mukmin pada beberapa tempat untuk berperang.” (Ali Imran: 121)
Yakni kamu atur mereka pada posisinya masing-masing, ada yang di
sayap kanan dan ada pula yang di sayap kiri, serta posisi yang lainnya menurut
perintahmu.
وَاللَّهُ
سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Ali Imran:
121)
Yaitu Maha mendengar semua apa yang kalian katakan, dan Maha
Mengetahui semua isi hati kalian.
Ibnu Jarir sehubungan dengan pembahasan ini mengajukan sebuah
pertanyaan yang kesimpulannya mengatakan: Mengapa kamu mengatakan bahwa
sesungguhnya Nabi Saw. berangkat ke medan Perang Uhud pada hari Jumat, yaitu
sesudah menunaikan salat Jumat. Padahal Allah Swt. telah berfirman: Dan
(ingatlah) ketika kamu berangkat pada pagi hari dari (rumah) keluargamu akan
menempatkan para mukmin pada beberapa tempat untuk berperang. (Ali Imran: 121),
hingga akhir ayat. Kemudian jawaban yang dikemukakan darinya menyatakan bahwa
keberangkatan Nabi Saw. pada pagi harinya untuk menempatkan mereka pada
posisinya masing-masing, tiada lain hal tersebul terjadi pada hari Sabtu pada
permulaan siang hari.
إِذْ
هَمَّتْ طَائِفَتَانِ مِنْكُمْ أَنْ تَفْشَلَا وَاللَّهُ وَلِيُّهُمَا وَعَلَى
اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
( 122 ) ketika dua golongan dari padamu ingin (mundur) karena takut,
padahal Allah adalah penolong bagi kedua golongan itu. Karena itu hendaklah
kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal.
Firman Allah
Swt.:
إِذْ
هَمَّتْ طَائِفَتَانِ مِنْكُمْ أَنْ تَفْشَلَا
“ketika dua
golongan dari kalian ingin (mundur) karena takut.” (Ali Imran: 122)
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu
Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sufyan yang mengatakan, Umar pernah
bercerita bahwa ia pernah mendengar Jabir ibnu Abdullah mengatakan sehubungan
firman-Nya: ketika dua golongan dari kalian ingin (mundur) karena takut. (Ali
Imran: 122), hingga akhir ayat. Bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan
kami. Jabir ibnu Abdullah mengatakan, "Kamilah yang dimaksud dengan dua
golongan tersebut, yaitu Bani Harisah dan Bani Salamah. Kami sama sekali tidak
senang, terkadang Sufyan mengatakan “dan kami sama sekali tidak gembira bila
ayat ini tidak diturunkan”, karena pada firman selanjutnya disebutkan: 'padahal
Allah adalah penolong bagi kedua golongan itu (Ali Imran: 122)."
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Muslim melalui hadis Sufyan
ibnu Uyaynah dengan lafaz yang sama. Demikian pula apa yang dikatakan oleh yang
lainnya yang bukan hanya seorang, bahwa mereka yang dua golongan itu adalah
Bani Harisah dan Bani Samalah.
وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ
وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ فَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (123)
(
123 ) Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar,
padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah
kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya.
Firman Allah
Swt.:
وَلَقَدْ
نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ
Sungguh Allah
telah menolong kalian dalam peperangan Badar.
(Ali Imran: 123)
Perang Badar terjadi pada hari Jumat, tanggal tujuh belas, bulan
Ramadan, tahun kedua Hijriah. Hari itu merupakan hari pemisah antara kebenaran
dan kebatilan. Pada hari itulah Allah memenangkan Islam dan para pemeluknya,
membungkam kemusyrikan dan menghancurkan semua sarana dan golongannya. Padahal
saat itu bilangan pasukan kaum muslim sedikit, mereka hanya terdiri atas tiga
ratus tiga belas personel; dua orang di antara mereka berkuda dan tujuh puluh
orang berunta, sedangkan yang lainnya adalah pasukan jalan kaki. Mereka tidak
memiliki semua senjata dan perlengkapan yang diperlukan.
Pasukan musuh pada hari itu terdiri atas kurang lebih antara
sembilan ratus sampai seribu personel. Semuanya memakai baju besi, bertopi baja
disertai dengan senjata lengkap dan kuda-kuda yang terlatih dengan semua
perhiasan yang berlebih-lebihan.
Kemudian Allah memenangkan Rasul-Nya dan menampakkan wahyu serta
bala tentara yang diturunkan-Nya, dan membuat wajah Nabi serta bala tentaranya
putih berseri. Allah membuat setan serta bala tentaranya terhina. Karena itulah
Allah Swt. berfirman seraya menyebutkan anugerah-Nya kepada hamba-hamba-Nya
yang mukmin dan bala tentara-Nya yang bertakwa:
وَلَقَدْ
نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ
“Sungguh Allah
telah menolong kalian dalam peperangan Badar, padahal kalian adalah (ketika
itu) orang-orang yang lemah.” (Ali Imran:
123)
Yang dimaksud dengan adzillah ialah jumlah pasukan kaum
muslim sedikit. Allah sengaja berbuat demikian kepada kalian agar kalian
mengetahui bahwa kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah, bukan karena
banyaknya pasukan dan persenjataan. Karena itu, dalam ayat yang lain disebut
melalui firman-Nya:
لَقَدْ
نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ ۙ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ ۙ إِذْ
أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا …..
وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kalian
menjadi congkak karena banyaknya jumlah kalian, maka jumlah yang banyak itu
tidak memberi manfaat kepada kalian sedikit pun. (At-Taubah: 25) sampai dengan
firman-Nya: Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (At-Taubah: 27)
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Sammak yang mengatakan
bahwa ia pernah mendengar Iyad Al-Asy'ari menceritakan atsar berikut: Bahwa ia
ikut dalam Perang Yarmuk yang saat itu kami dipimpin oleh lima orang panglima,
yaitu Abu Ubaidah, Yazid ibnu Abu Sufyan, Ibnu Hasanah, dan Khalid ibnul Walid
serta Iyad. Iyad yang menjadi panglima ini bukan Iyad yang menceritakan asar
dari Sammak. Umar r.a. berpesan, "Apabila perang terjadi, kalian harus
mengangkat Abu Ubaidah menjadi panglima (kalian)." Maka kami menulis surat
kepada Abu Ubaidah yang isinya menyatakan bahwa maut sedang menggerogoti kami,
dan kami minta bantuan kepadanya. Lalu Abu Ubaidah menulis surat kepada kami
yang isinya menyatakan, "Sesungguhnya surat kalian telah kuterima yang
isinya meminta bantuan kepadaku, dan sesungguhnya sekarang aku tunjukkan kalian
kepada yang lebih kuat bantuan dan pertolongannya. Dia adalah Allah Swt., maka
minta tolonglah kalian kepada-Nya. Karena sesungguhnya Muhammad Saw. pernah
ditolong-Nya dalam Perang Badar, padahal bilangan pasukan beliau lebih sedikit
daripada jumlah kalian sekarang. Karena itu, apabila suratku ini datang kepada
kalian, maka perangilah mereka dan janganlah kalian meminta pendapat dariku
lagi." Akhirnya kami berperang menghadapi orang-orang kafir, dan kami
dapat memukul mereka mundur sejauh empat farsakh. Dalam perang tersebut kami
memperoleh banyak harta ganimah. Kami bermusyawarah untuk pembagiannya, maka
Iyad mengisyaratkan kepada kami agar kami memberi sebanyak sepuluh kepada tiap
yang berkepala. Abu Ubaidah berkata, "Siapakah yang mau bertaruh denganku
(dalam balapan kuda)?" Ada seorang pemuda berkata, "Aku, jika engkau
tidak marah." Ternyata pemuda itu dapat menyusulnya. Aku melihat kedua
kepangan rambut Abu Ubaidah awut-awutan, sedangkan Abu Ubaidah berada di
belakang pemuda itu dengan mengendarai kuda Arab.
Sanad atsar ini sahih. Ibnu Hibban mengetengahkannya di dalam kitab
sahihnya melalui hadis Bandar, dari Gundar dengan lafaz yang semisal. Asar ini
dipilih oleh Al-Hafiz Ad-Diya Al-Maqdisi di dalam kitabnya.
Badar adalah nama sebuah tempat yang terletak di antara Mekah dan
Madinah, terkenal dengan sumurnya. Nama tempat (kampung) ini dikaitkan dengan
nama seorang lelaki yang mula-mula menggali sumur tersebut, nama lelaki yang
dimaksud adalah Badar ibnun Narain.
Asy-Sya'bi mengatakan bahwa Badar adalah nama sebuah sumur milik
seorang lelaki yang dikenal dengan sebutan 'Badar'
Firman Allah
Swt.:
فَاتَّقُوا
اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Karena itu,
bertakwalah kepada Allah, supaya kalian men-syukuri-Nya.” (Ali Imran: 123)
Yakni agar
kalian dapat mengerjakan ketaatan kepada-Nya.
إِذْ
تَقُولُ لِلْمُؤْمِنِينَ أَلَنْ يَكْفِيَكُمْ أَنْ يُمِدَّكُمْ رَبُّكُمْ
بِثَلَاثَةِ آلَافٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُنْزَلِينَ
(
124 ) (Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin:
"Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu
malaikat yang diturunkan (dari langit)?"
بَلَى
إِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا وَيَأْتُوكُمْ مِنْ فَوْرِهِمْ هَذَا يُمْدِدْكُمْ
رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ آلَافٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُسَوِّمِينَ
(
125 ) Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan
mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong
kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda.
Ulama tafsir berselisih pendapat sehubungan dengan janji ini,
apakah hal tersebut terjadi dalam Perang Badar atau dalam Perang Uhud? Ada dua
pendapat mengenainya.
Pertama mengatakan bahwa firman-Nya: ketika
kamu mengatakan kepada orang-orang mukmin. (Ali Imran: 124) berkaitan dengan
firman-Nya: Sungguh Allah telah menolong kalian dalam peperangan Badar. (Ali
Imran: 123)
Pendapat ini bersumber dari Al-Hasan Al-Basri, Amir Asy-Sya'bi, dan
Ar-Rabi' ibnu Anas serta selain mereka. Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir.
Abbad ibnu Mansur meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri sehubungan
dengan firman-Nya: (Ingatlah) ketika kamu mengatakan kepada orang-orang mukmin,
"Apakah tidak cukup bagi kalian Allah membantu kalian dengan tiga ribu
malaikat?" (Ali Imran: 124) Yang disebut dalam ayat ini terjadi dalam
Perang Badar.
Demikianlah
menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
Selanjutnya Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada
kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ismail, telah
menceritakan kepada kami Wuhaib, telah menceritakan kepada kami Daud, dari Amir
(yakni Asy-Sya'bi), bahwa kaum muslim mendengar berita menjelang Perang Badar,
bahwa Kurz ibnu Jarir memberikan bantuan kepada pasukan kaum musyrik. Hal
tersebut membuat pasukan kaum muslim merasa berat. Maka Allah Swt. menurunkan
firman-Nya: Apakah tidak cukup bagi kalian Allah membantu kalian dengan tiga
ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)? (Ali Imran: 124) sampai dengan
firman-Nya: yang memakai tanda. (Ali Imran: 125) Asy-Sya'bi melanjutkan
kisahnya, bahwa lalu sampailah kepada Kurz kekalahan yang diderita pasukan kaum
musyrik. Maka Kurz tidak jadi membantu pasukan kaum musyrik, dan Allah tidak
lagi membantu pasukan kaum muslim dengan lima ribu malaikat.
Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan bahwa Allah membantu pasukan kaum
muslim dengan seribu malaikat, kemudian bantuan menjadi tiga ribu malaikat,
lalu ditambah lagi menjadi lima ribu malaikat.
Apabila dikatakan, bagaimanakah menggabungkan pengertian antara
makna ayat ini dengan pendapat tersebut, juga dengan firman Allah Swt. dalam
kisah Perang Badar, yaitu:
إِذْ
تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنَ
الْمَلَائِكَةِ مُرْدِفِينَ……
إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ
حَكِيمٌ
(Ingatlah) ketika kalian
memohon pertolongan kepada Tuhan kalian, lalu diperkenankan-Nya bagi kalian,
"Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kalian dengan
seribu malaikat yang datang berturut-turut." (Al-Anfal: 9) sampai dengan
firman-Nya: Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Al-Anfal: 10)
Maka sebagai jawabannya dapat dikatakan bahwa penyebutan seribu
malaikat dalam ayat ini tidak bertentangan dengan jumlah tiga ribu dan yang
lebih banyak lagi, karena berdasarkan nash firman-Nya yang mengatakan:
مُردِفِينَ
berturut-turut. (Al-Anfal: 9)
Yakni kedatangan mereka diiringi dengan yang lainnya, dan ribuan
malaikat lainnya menyusul mereka yang seribu itu secara berturut-turut.
Ungkapan ini mirip dengan ungkapan yang ada di dalam ayat surat Ali Imran.
Yang jelas hal tersebut terjadi dalam Perang Badar, seperti yang
dikenal bahwa para malaikat ikut perang hanya dalam peperangan Badar.
Sa'id ibnu Abu Arubah mengatakan bahwa pasukan kaum muslim mendapat
bala bantuan lima ribu malaikat dalam Perang Badar.
Pendapat yang
kedua mengatakan bahwa sesungguhnya janji ini berkaitan dengan firman-Nya:
وَإِذْ
غَدَوْتَ مِنْ أَهْلِكَ تُبَوِّئُ الْمُؤْمِنِينَ مَقَاعِدَ لِلْقِتَالِ وَاللَّهُ
سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika kamu berangkat pada pagi hari dari (rumah)
keluargamu akan menempaikan para mukmin pada beberapa tempat untuk berperang.” (Ali Imran: 121)
Hal tersebut
terjadi dalam Perang Uhud.
Demikianlah
pendapat Mujahid, Ikrimah, Ad-Dahhak, Az-Zuhri, dan Musa ibnu Uqbah serta
lain-lainnya.
Tetapi mereka mengatakan bahwa bala bantuan lima ribu malaikat
belum terlaksana karena pasukan kaum muslim keburu lari pada hari itu (yakni
mundur).
Ikrimah
menambahkan, dan tidak pula dengan tiga ribu malaikat, karena berdasarkan
kepada firman-Nya:
بَلَى
إِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا
“Ya (cukup),
jika kalian bersabar dan bertakwa.” (Ali Imran:
125)
Tetapi ternyata
mereka tidak bersabar, bahkan lari dari medan perang. Karena itu, mereka tidak
diberi pertolongan dengan seorang malaikat pun.
Firman Allah
Swt.:
بَلَى
إِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا
“Ya (cukup),
jika kalian bersabar dan bertakwa.” (Ali Imran:
125)
Maksudnya, jika
kalian bersabar dalam menghadapi musuh kalian dan kalian bertakwa kepada-Ku
serta taat kepada perintah-Ku.
Firman Allah
Swt.:
وَيَأْتُوكُمْ
مِنْ فَوْرِهِمْ هَذَا
“dan mereka datang menyerang kalian dengan
seketika itu juga.” (Ali Imran: 125)
Menurut
Qatadah, Al-Hasan, dan Ar-Rabi' ibnu Anas serta As-Saddi disebutkan bahwa arti
min faurihim ialah dari arah mereka yang ini.
Menurut Mujahid,
Ikrimah,dan Abu Saleh ialah dengan kemarahan mereka.
Menurut
Ad-Dahhak, artinya dengan kemarahan mereka dan datang menyerang dari arah
mereka.
Menurut
Al-Aufi, dari Ibnu Abbas, disebutkan dari perjalanan mereka. Menurut pendapat
yang lain, karena terdorong oleh kemarahan mereka.
Firman Allah
Swt.:
هَذَا
يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ آلَافٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُسَوِّمِينَ
“niscaya Allah
menolong kalian dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda.” (Ali Imran: 125)
Yaitu memakai
tanda khusus.
Abu Ishaq As-Subai'i meriwayatkan dari Harisah ibnu Mudarrib, dari
Ali ibnu Abu Talib r.a. yang telah mengatakan bahwa tanda malaikat dalam Perang
Badar ialah memakai kain bulu berwarna putih, dan tanda yang lainnya terdapat
pada ubun-ubun kuda mereka. Demikian menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Hudbah ibnu Khalid, telah
menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Muhammad ibnu Amr ibnu
Alqamah, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah r.a. sehubungan dengan ayat ini,
yaitu firman-Nya: yang memakai tanda. (Ali Imran: 125), Bahwa mereka memakai
tanda bulu berwarna merah.
Menurut Mujahid, makna firman-Nya: yang memakai tanda. (Ali Imran:
125), Yakni rambut kuda mereka dibuang, dan diberi tanda pada ekornya dengan
kain bulu, juga pada ubun-ubun kuda mereka.
Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa
para malaikat datang membantu Nabi Muhammad Saw. dengan memakai tanda kain
bulu. Maka Nabi Muhammad Saw. dan para sahabatnya mengenakan tanda pula pada
diri mereka dan kuda-kuda mereka seperti tanda yang dipakai oleh para malaikat.
Qatadah dan Ikrimah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
yang memakai tanda. (Ali Imran: 125), Yaitu tanda peperangan. Makhul
mengatakan, "Dengan memakai tanda sorban."
Ibnu Murdawaih meriwayatkan melalui hadis Abdul Quddus ibnu Habib,
dari Ata ibnu Abu Rabbah, dari ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
telah bersabda sehubungan dengan firman-Nya: Yang memakai tanda. (Ali Imran:
125). Yang dimaksud dengan musawwimin ialah memakai tanda, dan
tersebutlah bahwa tanda yang dipakai oleh para malaikat dalam Perang Badar
ialah memakai sorban hitam, sedangkan dalam Perang Hunain memakai sorban merah.
Diriwayatkan melalui hadis Husain ibnu Mukhariq, dari Sa'id, dari
Al-Hakam, dari Miqsam, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa malaikat tidak
ikut berperang kecuali hanya dalam peperangan Badar.
Ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku orang yang tidak
aku curigai, dari Miqsam, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa tanda pengenal
malaikat pada Perang Badar ialah memakai sorban putih yang ujungnya mereka
juraikan ke belakang punggung mereka. Sedangkan dalam Perang Hunain mereka
memakai tanda kain sorban merah. Para malaikat belum pernah berperang dalam
suatu hari pun kecuali dalam Perang Badar; mereka biasanya hanya membentuk
pasukan dan bantuan, tetapi tidak ikut memukul dalam perang.
Kemudian Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Al-Hasan ibnu Imarah, dari
Al-Hakam, dari Miqsam, dari Ibnu Abbas, lalu ia menyebutkan hadis yang semisal.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Al-Ahmasi, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami
Hisyam ibnu Urwah, dari Yahya ibnu Abbad, bahwa Az-Zubair r.a. di saat Perang
Badar memakai kain sorban berwarna kuning seraya melipatkannya. Maka para
malaikat turun membantu pasukan kaum muslim dengan memakai kain sorban kuning.
Ibnu Murdawaih meriwayatkannya melalui jalur Hisyam ibnu Urwah,
dari ayahnya, dari Abdullah ibnuz Zubair, lalu ia mengetengahkan hadis ini.
وَمَا
جَعَلَهُ اللَّهُ إِلَّا بُشْرَى لَكُمْ وَلِتَطْمَئِنَّ قُلُوبُكُمْ بِهِ وَمَا
النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ
(
126 ) Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu
melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu
karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.
Yakni tiadalah Allah menurunkan para malaikat dan memberitahukan
kepada kalian akan turunnya mereka kecuali sebagai berita gembira buat kalian,
untuk menyenangkan serta menenangkan hati kalian. Jika bukan karena itu,
sesungguhnya kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah; yang seandainya Dia
menghendaki, niscaya Dia dapat menang atas musuh-musuh-Nya, sekalipun tanpa
kalian, dan tanpa memerlukan kalian untuk memerangi mereka. Seperti yang
diungkapkan oleh Allah Swt. sesudah memerintahkan kaum mukmin untuk berperang,
melalui firman-Nya:
ذَٰلِكَ
وَلَوْ يَشَاءُ اللَّهُ لَانْتَصَرَ مِنْهُمْ وَلَٰكِنْ لِيَبْلُوَ بَعْضَكُمْ
بِبَعْضٍ ۗ وَالَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَلَنْ يُضِلَّ
أَعْمَالَهُمْ…
وَيُدْخِلُهُمُ الْجَنَّةَ
عَرَّفَهَا لَهُمْ
“Demikianlah, apabila Allah
menghendaki, niscaya Allah akan membinasakan mereka, tetapi Allah hendak
menguji sebagian kalian dengan sebagian yang lain. Dan orang-orang yang gugur
pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka. Allah akan
memberi pimpinan kepada mereka dan memperbaiki keadaan mereka, dan memasukkan
mereka ke dalam surga yang telah diperkenankan-Nya kepada mereka.” (Muhammad: 4-6)
Karena itu,
dalam surat Ali Imran ayat 126 ini Allah Swt. berfirman:
وَمَا
جَعَلَهُ اللَّهُ إِلَّا بُشْرَى لَكُمْ وَلِتَطْمَئِنَّ قُلُوبُكُمْ بِهِ وَمَا
النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ الْعَزِيزِ
Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan
sebagai berita gembira bagi (kemenangan) kalian, agar tenteram hati kalian
karenanya. Kemenangan kalian itu hanyalah dari Allah Yang Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana. (Ali Imran: 126)
Yakni Allah
Yang mempunyai keperkasaan dengan kekuasaan-Nya, dan mempunyai hikmah
(kebijaksanaan) dalam takdir dan hukum-hukum-Nya.
لِيَقْطَعَ طَرَفًا مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا
أَوْ يَكْبِتَهُمْ فَيَنْقَلِبُوا خَائِبِينَ
(
127 ) (Allah menolong kamu dalam perang Badar dan memberi bala
bantuan itu) untuk membinasakan segolongan orang-orang yang kafir, atau untuk
menjadikan mereka hina, lalu mereka kembali dengan tiada memperoleh apa-apa.
Selanjutnya
Allah Swt. berfirman:
لِيَقْطَعَ
طَرَفًا مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا
“untuk
membinasakan segolongan orang-orang yang kafir.” (Ali Imran: 127)
Artinya, Allah
telah memerintahkan kalian untuk berjihad dan berjuang karena di dalamnya
mengandung hikmah dari berbagai seginya menurut Allah.
Karena itu,
maka disebutkan semua bagian yang akan dialami oleh orang-orang kafir yang
berperang melawan kaum muslim, melalui firman-Nya:
ليَقْطَعَ
طَرَفًا
“untuk
membinasakan segolongan.” (Ali Imran:
127)
Yaitu untuk
membinasakan suatu umat.
مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا
أَوْ يَكْبِتَهُمْ فَيَنْقَلِبُوا خَائِبِينَ
“Dan
orang-orang yang kafir, atau menjadikan mereka hina. lalu mereka kembali dengan
tiada memperoleh apa-apa.” (Ali Imran:
127)
Maksudnya,
mereka kembali ke tempatnya tanpa menghasilkan apa yang mereka harap-harapkan.
لَيْسَ
لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ
فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ
(
128 ) Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu
atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka karena sesungguhnya
mereka itu orang-orang yang zalim.
Kemudian Allah
Swt. mengalihkan khitab-Nya yang isinya menunjukkan bahwa kekuasaan di dunia
dan akhirat hanya milik Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya. Untuk itu Allah Swt.
berfirman:
لَيْسَ
لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ
“Tak ada
sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka.” (Ali Imran: 128)
Yakni bahkan
semua urusan itu hanyalah kembali kepada-Ku. Seperti yang diungkapkan dalam
ayat lain, yaitu firman-Nya:
لَيْسَ
عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ
ۗ
“Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka
mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik)
siapa yang dikehendaki-Nya.” (Al-Baqarah:
272)
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Tak
ada sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka. (Ali Imran: 128) Yakni
tidak ada sedikit pun keputusanmu tentang hamba-hamba-Ku kecuali apa yang Aku
perintahkan kepadamu terhadap mereka. Kemudian Allah Swt. menyebutkan bagian
yang lainnya.
Untuk itu Allah
Swt. berfirman:
أَوْ
يَتُوبَ عَلَيْهِمْ
“atau Allah
menerima tobat mereka.” (Ali Imran: 128)
Yakni
mengampuni kekufuran mereka dengan cara memberi mereka petunjuk sesudah mereka
sesat.
أَوْ
يُعَذِّبَهُمْ
“atau mengazab
mereka.” (Ali Imran: 128)
Yakni di dunia
dan akhirat karena kekufuran dan dosa-dosa mereka. Karena itulah dalam penutup
ayat disebutkan oleh firman-Nya:
فَإِنَّهُمْ
ظَالِمُونَ
“karena
sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim.” (Ali Imran: 128)
Yakni mereka
berhak untuk mendapatkannya.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hibban ibnu
Musa, telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepada kami
Ma'mar, dari Az-Zuhri, telah menceritakan kepadaku Salim, dari ayahnya, bahwa
ia pernah mendengar Rasulullah Saw. mengucapkan doa berikut ketika beliau
mengangkat kepalanya dari rukuk pada rakaat yang kedua dari salat Subuh: Ya
Allah, laknatilah si Fulan dan si Fulan. Nabi Saw. mengucapkan doa tersebut
sesudah membaca: Semoga Allah mendengar (memperkenankan) bagi orang yang
memuji-Nya. Ya Tuhan kami, bagi-Mulah segala puji. Maka Allah menurunkan
firman-Nya: Tak ada sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka itu. (Ali Imran: 128), hingga akhir ayat.
Imam Bukhari mengatakan bahwa Humaid ibnu Sabit meriwayatkan dari
Anas ibnu Malik, bahwa Nabi Saw. terluka pada wajahnya dalam Perang Uhud, lalu
beliau bersabda: Bagaimana memperoleh keberuntungan suatu kaum yang berani
melukai wajah nabi mereka? Maka turunlah ayat berikut, yaitu firman-Nya: Tak
ada sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka itu. (Ali Imran: 128)
Hadis ini
sanadnya mu’alaq dalam shahih Al Bukhari.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid,
telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Wadih, telah menceritakan kepada kami
Al-Husain ibnu Waqid, dari Matar, dari Qatadah yang mengatakan bahwa Nabi Saw.
pernah mengalami luka dalam Perang Uhud hingga gigi serinya rontok dan alisnya
terluka, lalu beliau terjatuh yang saat itu beliau memakai baju besi dua lapis,
sedangkan darah mengalir dari lukanya. Maka Salim maula Abu Huzaifah
menghampirinya dan mendudukkannya serta mengusap wajahnya. Lalu Nabi Saw. sadar
dan bangkit seraya mengucapkan: Bagaimana akan memperoleh keberuntungan suaiu
kaum yang berani melakukan ini terhadap nabi mereka? Nabi Saw. mengucapkan
demikian seraya mendoakan untuk kebinasaan mereka kepada Allah Swt. Maka Allah
Swt. menurunkan firman-Nya: Tidak ada sedikit pun campur tanganmu dalam urusan
mereka itu. (Ali Imran: 128), hingga akhir ayat.
Hal yang sama
diriwayatkan oleh Abdur Razzaq, dari Ma'mar, dari Qatadah dengan lafaz yang
semisal. Akan tetapi, di dalam riwayatnya tidak disebutkan fa'afaqa (lalu
beliau sadar).
وَلِلَّهِ
مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ يَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ
يَشَاءُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
(
129 ) Kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan yang ada di
bumi. Dia memberi ampun kepada siapa yang Dia kehendaki; Dia menyiksa siapa
yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Kemudian Allah
Swt. berfirman:
وَلِلَّهِ
مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ
“Kepunyaan
Allah apa yang ada di langit dan yang ada di bumi.” (Ali Imran: 129), hingga akhir ayat.
Yakni semuanya
adalah milik Allah, dan para penghuni keduanya merupakan hamba-hamba-Nya.
يَغْفِرُ
لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ
“Dia memberi
ampun kepada siapa yang Dia kehendaki; Dia men
yiksa siapa
yang Dia kehendaki.” (Ali Imran: 129)
Artinya, Dialah
yang mengatur dan tidak ada akibat bagi keputusan-Nya. Dia tidak dimintai
pertanggungjawaban terhadap apa yang Dia kerjakan, tetapi mereka dimintai
pertanggungjawaban.
وَاللَّهُ
غَفُورٌ رَحِيمٌ
“dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ali Imran:
129)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar